Di NTT, Suami Setia Menunggu, Ternyata Bini Tiap Malam Digoyang Pria Lain Di Kos

 

CINTA GANDA: SAAT SETIA KALAH OLEH RAYUAN"

Sarmila berangkat dengan tas kuliah dan doa keluarga, tapi pulang membawa cerita lain. Katanya menuntut ilmu, nyatanya menuntut perhatian lelaki lain. Suami sah di rumah menunggu dengan setia, sementara di kota Maumere, senyum dibagi dua—satu untuk status, satu untuk selingkuhan.


Ari datang bukan sebagai pahlawan, hanya lelaki biasa dengan rayuan murahan dan janji kosong. Tapi anehnya, kata-kata manis sering lebih ampuh daripada janji pernikahan. Bukan karena Ari terlalu hebat, melainkan karena hati Sarmila lupa caranya setia.


Ironisnya, cincin masih di jari, tapi komitmen sudah dilepas. Doa masih diucap, tapi dosa dijalani. Gereja menjadi saksi pernikahan, sementara media sosial jadi panggung kebohongan. Cinta suci ditukar dengan pelukan sembunyi-sembunyi, lalu disebut “takdir”.


Padahal ini bukan takdir—ini pilihan.

Pilihan untuk mengkhianati, lalu bersembunyi di balik alasan “kesepian”, “jarak”, dan “kebutuhan hati”.


NASEHAT PEDAS (TAPI PERLU)

Kalau belum siap setia, jangan menikah.

Pernikahan bukan tempat coba-coba rasa.


Kuliah bukan alasan moral runtuh.Otak boleh cerdas, tapi iman dan etika jangan cuti.


Cinta yang lahir dari air mata orang lain, ujungnya jarang bahagia. Selingkuh itu bukan salah khilaf—itu salah karakter.


Yang ditinggalkan di rumah bukan bodoh, hanya terlalu percaya."Catatan Suami Sah"

by: Boby Welang


REKOMENDASI UNTUK ANDA

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel