Menusuk Tulang, Kritikan Pedas Untuk Romo Yang Batalkan Pemberkatan Nikah Pengantin Di Atambua
Sebuah vidio sepasang pengantin yang menangis sedih karena pernikahan mereka tidak diberkati oleh Romo,padahal sudah siap pesta resepsi, menjadi viral di media sosial. Cukup mengenaskan nasib pasangan itu, Romo membatalkan pemberkatan nikah mereka, sementara pesta syukuran pada hari itu sudah siap.
Menurut info yang beredar, Romo tak mau berkati kedua pengantin karena:
1. Keluarga tidak siap secara batin. Manurut Romo, ada pertengkaran antar tokoh dalam kelurga besar kedua mempelai.
2. Keluarga tidak siapkan tempat untuk pemberkatan. Padahal menurut keluarga, mereka sudah siap tempat pemberkatan di lokasi pesta, yakni dengan membuat tenda khusus untuk upacara pemberkatan nikah keduanya, namun Romo tidak datang.
sikap Romo itu pun menuai berbagai komentar, bahkan kritik pedas dari warganet. Salah satunya, Xaversta Forte dalam postingannya, IMAMAT DAN PERILAKU MANIPULATIF sebagai berikut:
IMAMAT DAN PERILAKU MANIPULATIFMembaca berita2 seputar penundaan pelayanan pengukuhan perkawinan yang sedang viral saat ini saya jadi teringat pernah menulis sebuah artikel terkait carut marutnya perilaku klerus yang sdh semakin hedonis, arogan, koruptif, politis, dan bentuk2 abnormal lainnya mengkhawatirkan di waktu itu. Setelah 20an tahun dari tulisan itu sy buat ternyata hal serupa msh terus berlangsung hingga kini. Ringkasnya, imamat itu telah banyak berubah dari sisi 'esensi'nya bahkan cenderung menjadi koruptif dan manipulatif.
Sudah bukan rahasia bahwa semenjak berakhirnya era imam misionaris dari Barat/Eropa, imam tarekat/konggregasi yg lazim disebut 'Pater'; satu per satu teritorial gereja 'direbut dan dikapling' oleh mereka yang mengaku diurapi menjadi imam karena panggilan tetapi sebetulnya sy justru melihatnya sebagai lapangan pekerjaan baru yang menjanjikan secara stratifikasi sosial, bisa menyelewengkan kepercayaan umat atas nama agama bahkan Tuhan, malah tidak jarang bertindak sebagai Tuhan dgn membuat aturan atau persyaratan yg aneh2 atas nama Tuhan; hahaha....Ada baiknya segera dilakukan pembenahan internal agar 'kerusakan2' seperti ini tidak menjadi semakin parah.
Beberapa catatan kritis atas kejadian tersebut setelah membaca berbagai pemberitaan, video, menyimak tulisan2 maupun klarifikasi, komentar2 warganet, adalah sebagai berikut :
- Secara prinsip dan bobot sy tidak temukan sesuatu yg keliru dari pihak umat dlm hal ini kedua mempelai, ketua lingkungan, orang tua dsb; justru yg terjadi adalah arogansi, ketidakmampuan dlm mengadaptasi situasi dan menemuksn solusi serta hati yang terlanjir dipenuhi kesombongan/ keangkuhan dari oknum pastor itu krn martabat jabatan yg mungkin dia kira atau seolah-olah diberi/diurapi langsung oleh Tuhan itu.
- apa sulitnya si pastor melaksanakankan ritual misa kudus dan prosesi pemberkatan nikah/ sakramen perkawinan itu langsung di tenda resepsi yg terlanjur sdh disiapkan tersebut? Ataukan emang Tuhan yang menolak tempat itu? Koq buntu amat pikirannya seakan bakal kiamat jika misa dilakukan di situ. Salut dgn umat dan pihak keluarga yg masih patuh, memindahkan tenda dan altar dsb dst. Resepsi diadakan untuk syukuran atas pemberkatan itu, jadi jika ditunda pertimbangkan juga baik buruk dan luasan dampaknya.
- apa ukuran "kesiapan bathin" yg dimaksud si pastor dlm klarifikasinya? Jangan buat alasan pembenaran dgn konsep2 subyektif yg unmeasurable. Bukan rahasia juga bhw skrng bnyk jg pastor yg tidak tunaikan lagi doa2 wajibnya, mempersembahkan konsekrasi misa minggu tetapi malam sebelumnya masih kelayapan pacaran atau cepat2 menilep amplop atau kotak2 kolekte diluar haknya/stipendium dsb sebelum direkap pengurus2 yg awam itu dsb
- patut diduga ada ketidakberesan, entah dlm niat dan upaya yg disengaja utk menggagalkan/mempermalukan mempelai dan orang tuanya; atau dugaan2 lain yang bisa lebih liar yang mungkin ada dan menyertai peran setiap pihak terkait dalam urusan penundaan ini.
- dan masih banyak lagi jika saya tuliskan; singkatnya rasional dan logis selalu sajalah, karena yang terjadi ini hanya urusan seremoni antara manusia tetapi diberi embel2 atas nama Tuhan, jadi tidak perlu berlebihan dan bikin rumit hal yang mestinya mudah diselesaikan. Tidak usah juga cari alasan2 pembenarnya. Jika ada pendapat lain boleh tulis di kolom komentar; Terima kasih